Shalat (bag 1)

Posted on 1:02 PM by sendy


Penjagaan Shalat Hendaknya Atas Dasar Kecintaan

Ada tanda-tanda kedua yang sangat erat hubungannya dengan keadaan didalam diri manusia sendiri, yaitu yang berkaitan dengan kalbunya, yang berkaitan dengan kerohaniannya. Hal ini diterangkan dalam ayat wal ladziinahum ‘alaa shalawatihim yuhaafizhuuna,  disini dikatakan memelihara/menjaga shalatnya.

Apa yang dimaksud dengan memelihara/menjaga? Itulah yang diterangkan disini. Tugas menjaga itu bisa saja didasari oleh kewajiban, sebagaimana hal para satpam (penjaga keamanan) menjaga rumah atau bank. Tetapi kadang-kadang tugas menjaga/memelihara itu bisa pula didasari oleh rasa kecintaan yakni, rasa cinta timbul keinginan untuk menjaga/memelihara. Nah, penjagaan yang satu ini berbeda dengan penjagaan yang didasari oleh kewajiban.

Jika seorang insan mencintai kekasihnya, semakin dalam kecintaannya terhadap sang kekasih, maka akan semakin hebat penjagaan yang ia lakukan. Dan hal ini tidak terbatas hanya pada diri manusia itu saja, bahkan hewan pun mempunyai sifat yang demikian. Misalnya seekor ayam betina yang menyayangi anak-anaknya juga demikian. Padahal dia tidak kuasa memberikan perlindungan. Terhadap binatang-binatang kecil saja dia takut, apalagi terhadap kucing, anjing atau pun elang dia tidak kuat untuk melawannya.

Tetapi akibat kecintaan kepada anak-anaknya itu, timbul tekad yang keras dalam dirinya untuk menjaga mereka. Dia akan demikian berani, demikian galaknya, dan timbul suatu kekuatan luar biasa sehingga ia tidak takut melwan kucing atu pun anjing, bahkan binatang-binatang lain biasanya menjauh dari ayam betina yang begitu. Walaupun dia tidak kuasa memberikan perlindungan, akan tetapi dia berani menaruhkan nyawanya sedemikian rupa sehingga kita manusia terkesan melihatnya.

Nah penjagaan yang seperti itu mempunyai kedudukan tersendiri. Yang patut diperhatikan disini adalah apa yang dimaksud dengan menjaga/memelihara shalat itu? Bagaimana hubungannya dengan keadaan bathin orang itu sendiri? Untuk menerangkan hal ini yang pertama-tama dapat saya kemukakan adalah sebuah hadits Rasulullah saw :






Yakni, Hadhrat Abu Bakar ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda dalam nada bertanya: Alaa adulukum ‘alaa maa yamhullaahu bihil khathaayaa, yakni, Apakah tidak usah diberitahukan kepada kalian apa-apa yang karenanya Allah swt akan membersihkan dan menjauhkan kesalahan-kesalahan kalian, hal-hal yang karenanya Allah akan meninggikan derajat kalian”.

Dalam keadaan biasa orang memang berwudhu untuk shalat, tetapi dalam keadaan tertentu terasa berat sekali untuk melakukan wudhu. Kadang-kadang sulit diperoleh air, kadang-kadang dimusim dingin yang begitu dinginnya orang segan untuk berwudhu. Disini (London) memang sudah baik, banyak terdapat kemudahan-kemudahan, tetapi ada daerah-daerah yang sangat dingin sekali dan tidak memiliki sarana untuk pemanasan air, maka terasa berat sekali untuk berwudhu disana.

Begitu juga halnya dengan wanita-wanita yang biasa bermake-up (bersolek) mereka merasakan perintah wudhu ini sebagai suatu hal yang memberatkan sekali. Kadang-kadang sudah siap mau pergi ke pesta, kemudian tiba waktu shalat. Berapa kali mereka harus membasuh muka, dan berapa kali pula mereka harus bermake-up lagi. Selain itu ada pula beberapa penyakit yang karenanya berat sekali untuk berwudhu.

Rasulullah saw  bersabda: Isbaaghul wudhu. Isbaagh artinya bukan hanya sekedar berwudhu saja, melainkan benar-benar berwudhu sepenuhnya dengan penuh kecintaan dan hikmah, walaupun banyak terdapat halangan zahiriah. Nah, ini dinamakan wudhu yang benar, wudhu hakiki. Wudhu yang seperti inilah yang dapat membasuh dosa. Selanjutnya beliau bersabda: ‘Seringlah ke mesjid’, kastratul khutha ilal masaajid. Nah disini terasa agak aneh, kerena sudah diperintahkan seperti itu tidak ada dikatakan ‘kemudian shalatlah’.

Ternyata adalah masalah lain yang dimaksudkan disini, yaitu masalah kecintaan tadi, sehingga tidak disinggung soal shalat, melainkan yang dimaksud disini adalah bagaimana kecintaan seseorang terhadap shalat tampak dari banyaknya jejak kaki orang itu kearah mesjid dan seolah-olah seluruh harinya ia habiskan untuk mondar-mandir ke mesjid saja. (Khutbah Jumat)

No Response to "Shalat (bag 1)"