Shalat (2)

Posted on 1:21 AM by sendy



Pentingnya Sering Melakukan Shalat Berjamaah di Mesjid dan Arti Ribath

Sebagian orang mengartikan katsratul khutha ilal masaajid ini adalah datang ke mesjid-mesjid yang jauh sehingga jejak kakinya akan lebih banyak. Mereka itu tidak memahami maksudnya, sebab jika kita artikan demikian berarti hadits ini hanya untuk orang-orang yang rumahnya jauh dari mesjid. Padahal letak jauh-dekatnya rumah seseorang dengan mesjid adalah suatu hal yang kebetulan saja. Oleh karena itu bagaimana mungkin setiap orang dapat mempraktekkan perintah itu?


katsratul khutha ilal masaajid  artinya bahwa seseorang itu hendaknya demikian seringnya datang ke mesjid sehingga tampak banyak sekali jejak kakinya disepanjang jarak antara mesjid dengan rumah yang dia tempati. Tidak peduli apakah rumahnya itu jauh atau dekat. Jadi yang dimaksud disini adalah seringnya.

Kemudisan Rasulullah saw bersabda: wa intizhaarush shalaati ba’dash shalaati, yakni setelah selesai melaksanakan shalat maka menanti shalat berikutnya. Yaitu, kalian harus sering datang ke mesjid dan jangan bosan, sebab kalian melakukannya atas dasar rasa cinta. Sebab jika kalian melakukan hal itu atas dasar kewajiban, semakin sering kalian mondar-mandir ke mesjid maka semakin bosan yang kalian rasakan, kalian akan melaksanakannya sebagai suatu beban yang semakin berat. Tetapi jika hal itu kalian lakukan karena kecintaan, maka semakin sering dilakukan akan semakin tebal rasa kecintaan yang timbul.

Kemudian beliau katakan dzaalikumur ribathu, dzaalikumur ribathu. Apa yang dimaksud Ribaath Alquran menerangkan Yaa ayyuhal ladziina aamanuush biruu wa shaabiru wa raabithuu. Mengenai terjemahannya apapun terjemahan yang saudara-saudara temukan maka artinya adalah: Menetapkan pasukan penjaga perbatasan, menjaga/memelihara perbatasan suatu negara.

Kata ra baa tha berasal dari kata rabata yang artinya: Mengikat hubungan yang kuat. Istilah ini digunakan juga oleh Alquran, yang artinya adalah: Mengikat hubungan dengan perbatasan sedemikian rupa eratnya sehingga para penjaga selalu siap disana. Maka pos-pos dan sistem penjagaan yang ketat diperbatasan itu dinamakan ribaath.

Nah, manusia biasa tidak bisa membayangkan apa hubungan arti kata ini dengan masalah shalat. Hanya pengertian Rasulullah saw yang bisa menyentuh point (noktah) ini. Beliau telah menyinari dan membuka lebar-lebar masalah ini. Beliau menyatakan ribaath (penjagaan/pemeliharaan) yang sebenarnya terhadap shalat adalah kecintaan dan karena kecintaan itulah baru bisa dilakukan penjagaan terhadap shalat, yakni penjagaan yang dilakukan dengan ribaath  adalah suatu penjagaan yang hakiki.

Sepeti didalam ayat kedua yang saya bacakan tadi kata hafizuuna atau yuhafizuuna, kedua-duanya memang digunakan oleh Alquran. Disitu tempat digunakan kata hafizuuna  yakni jagalah shalat kalian, kemudian dibagian lain dikatakan bahwa orang-orang mukmin adalah yuhafizuuna alaash shalati  yakni mereka menjaga/memelihara shalat mereka.

Masalah penjagaan/pemeliharaan ini pun telah dibukakan oleh Rasulullah saw  bahwa yang dimaksud dengan penjagaan disini bukanlah seperti yang dilakukan oleh para satpam (penjaga keamanan) menjaga rumah, melainkan penjagaan penuh yang berkaitan dengan kecintaan. Tetap berwudhu walaupun dalam keadaan mengenggankan, berwudhu dengan penuh hikmah, kemudian sering-sering datang ke mesjid sehingga terbaca jejak-jejak kakinya yang banyak. Setelah itu selalu siap menantikan shalat berikutnya, yakni selalu sadar menanti kapan datangnya panggilan kepada Tuhan (adzan) dan kemudian pergi ke mesjid.
Ini semua adalah hal-hal yang berkenaan dengan orang-orang yang telah dimabuk cinta. Derajat yang tertinggi/terakhir dalam kecintaan sering disebut kegilaan. Nah, hal inilah yang dimaksud disini. Itulah sebabnya Rasulullah saw (dalam hadits tadi) mengatakan inilah sebenarnya yang dinamakan ribaath.(khutbah jumat)

No Response to "Shalat (2)"